Jumat, 21 September 2012

Proses Keperawatan Dan Higiene Mulut Dan Gigi


PENGKAJIAN FISIK
Klien yang tidak mengikuti praktek higiene mulut yang teratur akan mengalami penurunan jaringan gusi. Gusi yang meradang, gigi yang hitam (khususnya sepanjang margin gusi), karies gigi, kehilangan gigi dan halitasis. Rasa sakit yang dilokalisasikan adalah gejala umum dari penyakit gusi atau gangguan gigi tertentu. Infeksi pada mulut melibatkan organisme seperti Treponema Pallidum, Neissera, Gonorrhoeae dan homimis virus herpes. Jika klien hendak memperoleh radiasi atau kemoterapi, sangat penting mengumpulkan data dasar mengenai kadaan ringga mulut klien.


PERUBAHAN PERKEMBANGAN
Sepanjang masa hidup seseorang, perubahan fisiologis mempengaruhi kondisi dan penampilan struktur dalam rongga mulut. Anak dapat terjadi karies gigi pada gigi susu karena pola makan atau kurangnya perawatan gigi. Gigi remaja adalah permanen dan memerlukan perhatian teratur untuk diet dan perawatan gigi dan mencegah masalah pada tahun-tahun berikutnya. Pada saat orang bertambah tua praktek higiene gigi berubah untuk mempengaruhi gigi dan mukosa lebih lanjut. Usia yang berhubungan dengan perubahan di dalam mulut, dikombinasi dengan penyakit kronis, ketidakmampuan fisik, dan medikasi yang diresepkan memiliki efek samping pada mulut, menyebabkan perawatan mulut yang buruk.

POLA MAKAN
Penting mengkaji pola makan klien saat ini untuk mendeteksi keberadaaan iritasi lokal pada gusi atau struktur mukosa. Tanyakan klien juga jika ada masalah tertentu dalam mengunyah, kecocokan gigi palsu atau menelan. Adanya bisul atau iritasi mengganggu pengunyahan dan menyebabkan klien menghindar untuk makan. Hal ini tidak umum pada klien lansia dengan gigi palsu yang kurang pas.

FAKTOR-FAKTOR RISIKO UNTUK MASALAH HIGIENE MULUT
Klien tentu beresiko untuk masalah mulut karena kurang pengetahuan tentang higiene oral, ketidakmampuan melakukan perawatan mulut, atau perubahan integritas gigi dan mukosa akibat penyakit atau pengobatan.

MASALAH UMUM MULUT
Dua tipe masalah besar adalah karies gigi merupakan gigi (lubang) dan penyakit paling umum dari orang muda. Perkembangan lubang merupakan proses patologi yang melibatkan kerusakan email gigi pada akhirnya melalui kekurangan kalsium. Kekurangan kalsium adalah hasil dari akumulasi musin, karbohidrat, basilus asam laktat pada saliva yang secara normal ditemukan pada mulut yang membentuk lapisan gigi yang di sebut plak. Plak adalah transparan dan melekat pada gigi, khususnya dekat dasar kepala gigi pada margin gusi. Plak mencegah dilusi asam normal dan netralisasi, yang mencegah disolusi bakteri pada rongga mulut. Asam akhirnya merusak gigi dan email pada kasus yang berat, merusak pulpa atau jaringan spon dalam gigi. Lubang pertama kali mulai sebagau diskolorasi pengapuran putih dari gigi. Selanjutnya dengan berkembangnya lubang, gigi menjadi kesakitan atau kehitaman.
Untuk orang yang berusia lebih dari 35 tahun, masalah yang paling umum adalah pyorrhea. Penyakit perindontal adalah penyakit jaringan sekitar gigi, seperti peradangan membran peridontal atau ligamen peridontal.
Halitasis (bau napas) merupakan masalah umum rongga mulut. Hal ini akibat higiene mulut yang buruk, pemasukan makanan tertentu atau proses infeksi atau penyakit. Higiene mulut yang tepat dapat mengeliminasi bau kecuali penyebabnya adalah kondisi sistemik seperti penyakit liver atau diabetes.
Perawat seringkali menghadapi keilosis pada klien. Gangguan termasuk bibir yang retak, terutama pada sudut mulut. Defisiensi riboflavin, napas mulut dan salivasi yang berlebihan dapat menyebabkan keilosis. Pemberian minyak pada bibir mempertahankan kelembaban, dan salep anti jamur atau anti bakteri memperkecil perkembangan mikroorganisme.
Gejala penyakit periodental meliputi gusi yang berdarah; bengkak; jaringan yang radang; garis gusi yang menyusut, dengan pembentukan celah atau kantong antara gigi dan gusi dan kehilangan gigi tiba-tiba. Jika perawatan mulut yang tepat tidak dipelihara maka bakteri mati, disebut tartar yang mengumpul di sepanjang garis gusi. Taktar menyerang gusi dan serat yang menempel pada gigi, akibatnya kehilangan gigi. Tindakan preventif yang paling baik adalah pembersihan dengan flossing dan gosok gigi yang teratur.

MASALAH MULUT LAIN
Stomatitis adalah kondisi peradangan pada mulut karena kontak dengan bengiritasi, seperti tembakau; defisiensi vitamin; infeksi oleh bakteri, virus, atau jamur; atau penggunaan obat kemoterapi. Glositis adalah peradangan lidah hasil karena penyakit infeksi atau cedera seperti luka bakar atau gigitan. Ginggivitis adalah peradangan gusi biasanya karena higiene mulut yang buruk atau terjadi tanda leukimia, defisiensi vitamin, atau diabetes melitus.
Malignansi mulut terlihat sebagai gumpalan atau bisul di dalam atau sekitar mulut. Pada umumnya hal itu ditemukan pada klien yang mempunyai riwayat perokok pipa atau tembakau kunyah. Tempat yang paling umum adalah dasar lidah. Pendeteksian awal adalah vital untuk keberhasilan pengobatan. Luka apapun di mulut yang tidak sembuh harus dibawah ke dokter gigi.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pengkajian rongga mulut klien dapat menunjukkan perubahan aktual atau potensial dalam integritas struktur mulut. Diagnosa keperawatan yang berhubungan dapat merefleksikan masalah atau komplikasi akibat perubahan rongga mulut. Penemuan perawat juga menunjukkan kebutuhan klien untuk bantuan perawatan mulut karena defisit perawatan diri. Identifikasi diagnosa yang akurat memerlukan seleksi faktor yang berhubungan yang menyebabkan masalah klien. Perubahan pada mukosa mulut akibat pemaparan radiasi, misalnya, akan memerlukan intervensi berbeda daripada kerusakan mukosa akibat penempatan selang endostrakea.

PERENCANAAN
Menyusun rencana keperawatan untuk klien yang membutuhkan higiene mulut termasuk mempertimbangkan pilihan, status, emosional, sumber daya ekonomi dan kemampuan fisik klien. Perawat harus membina hubungan yang baik dengan klien untuk membantu praktik higiene mulut. Dalam banyak kasus, klien (seperti yang terkena diabetes dan kanker) tidak sadar bahwa mereka berisiko penyakit gigi dan periodental dan karenanya memerlukan pendidikan ekstensif. Klien yang mengalami perubahan mukosa mulut akan memerlukan perawatan jangka panjang. Hasil tidak dapt terlihat untuk beberapa hari atau minggu. Keluarga dapat memainkan peranan penting dalam pembelajaran bagaimana untuk memeriksa rongga mulut klien terhadap perubahan dan memberikan higiene.
Tujuan klien yang membutuhkan higiene mulut meliputi :
1.      Klien akan memiliki mukosa mulut utuh yang terhidrasi
2.      Klien mampu melakukan sendiri perawatan higiene – mulut dengan benar
3.      Klien akan mencapai rasa nyaman
4.      Klien akan memahami praktek higiene – mulut.

IMPLEMENTASI
HIGIENE MULUT
Higiene mulut yang baik termasuk kebersihan, kenyamanan dan kelembaban struktur mulut. Perawatan yang tepat mencegah penyakit mulut dan kerusakan gigi. Perawatan yang tepat mencegah penyakit mulut dan kerusakan gigi. Perawatan mulut harus diberikan teratur dan setiap hari. Frekuensi tindakan higiene bergantung pada kondisi rongga mulut klien.
Gosok gigi, membersihkan dengan serat (flossing) dan irigasi adalah perlu untuk membersihkan dengan tepat.

DIET
Untuk mencegah kerusakan gigi, klien harus mengubah kebiasaan makan, mengurangi asupan karbohidrat, terutama kudapan manis diantara waktu makan. Setelah memakan yang manis, klien harus menggosok gigi dalam waktu 30 menit untuk mengurangi aksi plak. Memakan buah yang mengandung asam juga mengurangi plak. Kualitas keasaman makanan mengeliminasi bakteri yang membentuk pada gigi. Diet seimbang yang baik meningkatkan integritas jaringan mulut.
Untuk wanita hamil, nutrisi yang tepat penting untuk perekembangan gigi utama dalam kandungan. Jumlah asupan kalsium yang direkomendasikan setiap hari adalah 1200 mg untuk dewasa yang hamil dan 1600 mg untuk remaja yang hamil. Empat hingga enam gelas susu setiap hari memenuhi persyaratan kalsium.

GOSOK GIGI
Gosok gigi dengan teliti sedikitnya empat kali sehari (setelah makan dan waktu mau tidur) adalah dasar program higiene mulut yang efektif. Sikat gigi harus memiliki pegangan yang lurus, dan bulunya harus cukup kecil untuk menjangkau semua bagian dengan semua bagian mulut. Sikat gigi harus diganti setiap 3 bulan. Pada lansia dengan penurunan kecekatan dan pegangan membutuhkan pegangan sikat gigi yang lebih lebar yang memberikan kemudahan pegangan. Bulu halus yang bundar menstimulasi gusi tanpa menyebabkan abrasi dan pendarahan. Semua permukaan gigi dalam, luar dan pengunyah harus disikat dengan  teliti. Spon perawatan mulut yang tidak beraroma digunakan pada klien yang tidak mampu mentoleransi penggosokan karena kecenderungan trauma oral atau perdarahan.
Kebanyakan pasta gigi memiliki rasa yang menyenangkan. Spon gliserin-lemon memiliki efek yang bahaya pada gigi dan mukosa. Gliserin memiliki efek astrigen, kering dan menyusutkan gusi dan membran mukosa. Lemon, jika digunakan dengan berlebihan, mengubah pH alami rongga mulut menghabiskan refleks air liur melalui overstimulasi dan mengikis email gigi. Plak terakumulasi sekitar dasar gigi karena kain penyeka gagal membersihkan gigi dengan adekuat. Gliserin memberikan makanan untuk bakteri.
Ketika mengajarkan klien tentang perawatan mulut, perawat mengingatkan mereka untuk tidak berbagi sikat gigi di rumah dan tidak meminum langsung dari botol obat kumur. Kontaminasi silang terjadi dengan mudah. Penggunaan tablet penyingkap atau tetesan untuk menodai plak dan mengumpulkannya pada garis gusi dapat berguna untuk menunjukkan klien selektif mana mereka menggosok.
Jumlah bantuan yang diperlukan klien dalam menggosok gigi dapat beragam. Banyak klien dapat melakukan perawatan mulut mereka sendiri dan harus didorong untuk melakukannya. Perawat mengobservasi klien untuk meyakinkan bahwa tehnik yang digunakan adalah tepat. Klien lain memerlukan bantuan total dalam higiene.

EVALUASI
Hasil yang diharapkan dari higiene mulut tidak terlihat dalam beberapa hari. Pembersihan yang berulang-ulang sering kali diperlukan untuk mengangkat enkrustasi tebal pada lidah dan memperbaiki hidrasi mukosa yang normal. Perawat mengevaluasi keberhasilan intervensi untuk memelihara integritas mukosa atau mencegah cedera mukosa mulut. Perawat mengantisipasi kebutuhan untuk mengubah intervensi selama evaluasi. Hal ini memerlukan beberapa minggu dari higiene yang teliti untuk mengurangi kejadian karies gigi. Kotak evaluasi dibawah menguraikan evaluasi perawatan higiene mulut.

Contoh :
DIAGNOSA KEPERAWATAN NANDA UNTUK MASALAH HIGIENE
Perubahan membran mukosa mulut yang berhubungan dengan :
Ø  Trauma Oral
Ø  Asupan cairan yang terbatas
Ø  Higiene mulut yang tidak efektif
Ø  Trauma yang berhubungan dengan kemoterapi atau terapi radiasi pada kepala dan leher
Nyeri yang berhubungan dengan :
Ø  Ginggivitis
Ø  Kehilangan gigi
Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan :
Ø  Gigi palsu yang tidak pas
Ø  Ginggivitis
Defisit perawatan diri mandi / higiene (oral) yang berhubungan dengan :
Ø  Kesalahpahaman praktek higiene
Resiko Infeksi yang berhubungan dengan :
Ø  Trauma mukosa oral

Contoh Rencana Asuhan Keperawatan untuk Perubahan Membran Mukosa Mulut.
Diagnosa Keperawatan : perubahan membran mukosa mulut yang berhubungan dengan radiasi rongga mulut.
Definisi : Perubahan membran mukosa mulut adalah keadaan individu mengalami gangguan pada lapisan jaringan rongga mulut (klm, Mc Fariand, dan Mc Lanc, 1995).
Tujuan
Hasil yang diharapkan
Intervensi
Rasional
Klien akan memiliki mukosa utuh yang terhidrasi baik pada waktu pulang
-          Mukosa lidah, dan bibir akan menjadi merah muda, lembab dan utuh
-          Peradangan kerak luka, dan kotoran yang keras akan tidak ada
-          Gigi bebas dari partikel makanan
-          Klien secara verbal menyatakan kenyamanan dan perasaannya tentang kebersihan mulut
-          Klien akan menelan dan berbicara dengan nyaman.
Membangun aturan perawatan mutu setelah makan dan waktu tidur
-          Menggosok dengan sikat gigi yang lembut menggunakan gerakan hirizontal
-          Bilas dnegan garam atau larutan baking soda (1/2 sendok teh dengan 473 ml air).
-          Flossing dnegan floss gigi yang tidak berlili dua kali sehari. Hindari flossing dengan keras dekat garis gusi.
-          Menggosok yang konsisten meningkatkan jaringan gusi, mengurangi kotoran dan menghasilkan pengontrolan plak (kahn, 1986) sikat gigi yang lembut dengan gerakan hrizontal membantu melindungi jaringan gusi yang lembut dan mencegah perdarahan (Grosby, 1989)
-          Membilas melarutkan keasaman mulut, mengangkat debris, dan membantu mengurangi mulut yang kering (xerastomia) yang terjadi pada terapi untuk mengurangi produksi saliva (greifzu, adjeski, winnick, 1990).
-          Klien akan melakukan secara mandiri higiene oral dnegan benar pada 12/g
-          Teknik higiene mulut akan di demontraksi dengan tepat
Minta klien melakukan higiene mulut
-          Larutan soda dan garam meningkatkan penyembuhan dan membantu pembentukan jaringan granulasi. Mereka bertindak sebagai penyegar dan menekan pertumbuhan bakteri (pettigrew, 1989).





0 komentar: