Kategori
Jumat, 21 September 2012
Kebutuhan Zat Besi, RDA Dan Energi
Tema sentral pembangunan nasional
dalam GBHN adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia ke arah peningkatan
kecerdasan dan produktivitas kerja. Salah satu upaya yang mempunyai dampak
cukup penting terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia adalah upaya
peningkatan status gizi masyarakat. Status gizi masyarakat merupakan salah satu
faktor yang menentukan kualitas hidup dan produktivitas kerja.
Sejalan dengan itu perlu perhatian
terhadap masalah-masalah yang berhubungan dengan kesehatan kerja serta
faktor-faktor yang erat hubungannya seperti keadaan gizi golongan pekerja serta
cara-cara untuk memperbaiki status golongan ini semakin penting untuk diteliti.
Zat gizi adalah zat-zat yang
diperoleh dari bahan makanan yang dikonsumsi, mempunyai nilai yang sangat
penting (tergantung dari macam-macam bahan makanannya) untuk memperoleh energi
guna melakukan kegiatan fisik sehari-hari bagi para pekerja. Termasuk dalam
memelihara proses tubuh dalam pertumbuhan dan perkembangan yaitu penggantian
sel-sel yang rusak dan sebagai zat pelindung dalam tubuh (dengan cara menjaga
keseimbangan cairan tubuh). Proses tubuh dalam pertumbuhan dan perkembangan
yang terpelihara dengan baik akan menunjukkan baiknya kesehatan yang dimiliki
seseorang. Seseorang yang sehat tentunya memiliki daya pikir dan daya kegiatan
fisik sehari-hari yang cukup tinggi
Tubuh manusia memerlukan sejumlah
pangan dan gizi secara tetap, sesuai dengan standar kecukupan gizi, namun
kebutuhan tersebut tidak selalu dapat terpenuhi. Penduduk yang miskin tidak
mendapatkan pangan dan gizi dalam jumlah yang cukup. Mereka menderita lapar
pangan dan gizi, mereka menderita gizi kurang.
Keadaan gizi seseorang merupakan
gambaran apa yang dikonsumsinya dalam jangka waktu yang cukup lama. Bila
kekurangan itu ringan, tidak akan dijumpai penyakit defisiensi yang nyata,
tetapi akan timbul konsekwensi fungsional yang lebih ringan dan kadang-kadang
tidak disadari kalau hal tersebut karena factor gizi
Untuk mempertahankan kelangsungan
hidupnya tubuh melakukan pemeliharaan dengan mengganti jaringan yang sudah aus,
melakukan kegiatan, dan pertumbuhan sebelum usia dewasa. Agar tubuh dapat
menjalankan ketiga fungsi tersebut diperlukan sejumlah gizi setiap hari, yang
didapat melalui makanan. Diperkirakan 50 macam senyawa dan unsur yang harus
diperoleh dari makanan dengan jumlah tertentu setiap harinya. Bila jumlah yang
diperlukan tidak terpenuhi maka kesehatan yang optimal tidak dapat dicapai
Prevalensi anemi gizi, kekurangan
vitamin B1 dan dalam keadaan gizi kurang masih tinggi di Indonesia. Di antara
beberapa masalah gizi utama yang terdapat di Indonesia, maka anemia gizi
terutama kurang zat besi adalah yang paling umum dijumpai. Prevalensi anemia
gizi pada pekerja di Indonesia terdapat sebanyak 40 % dan banyak dijumpai pada
pekerja berat. Prevalensi anemia gizi ini tertinggi di antara negara-negara ASEAN.
Prevalensi yang tinggi membawa akibat yang tidak baik terhadap individu maupun
masyarakat, karena menurunkan kualitas manusia dan sosial ekonomi, serta menghambat
pembangunan bangsa. Hal ini erat hubungannya dengan konsekuensi fungsional
anemia gizi tersebut, yaitu menurunkan produktifitas kerja
Berbagai penelitian baik yang
dilakukan di luar negeri maupun di Indonesia menunjukkan bahwa keadaan gizi
kurang dapat menghambat aktivitas kerja yang akan menurunkan produktivitas
kerja. Hal ini disebabkan karena kemampuan kerja seseorang sangat dipengaruhi
oleh jumlah energi yang tersedia, dimana energi tersebut diperoleh dari makanan
sehari-hari dan bilamana jumlah makanan sehari-hari tak memenuhi kebutuhan
tubuh, maka energi didapat dari cadangan tubuh.
Kekurangan zat gizi, khususnya
energi dan protein, pada tahap awal menimbulkan rasa lapar dalam jangka waktu
tertentu berat badan menurun yang disertai dengan kemampuan (produktivitas)
kerja. Kekurangan yang berlanjut akan mengakibatkan keadaan gizi kurang dan
gizi buruk. Bila tidak ada perbaikan konsumsi energi dan protein yang mencukupi
akhirnya akan mudah terserang infeksi (penyakit), telah banyak dilaporkan tentang
defisiensi zat gizi besi dapat menimbulkan gangguan pada fungsi ketahanan immunologis,
menurunkan konsentrasi belajar, kapasitas kerja dll. Akibat defisiensi zat gizi
besi pada orang dewasa pria dan wanita :
1. Penurunan
kerja fisik dan daya pendapatan; dan
2. Penurunan
daya tahan terhadap keletihan.
Prevalensi anemia gizi di Indonesia
sangat tinggi dan berdasarkan hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan
secara terpisah, anemia di Indonesia terutama disebabkan oleh defisiensi gizi
besi.
A.
Zat
besi
1.
Zat
Besi Dalam Tubuh Manusia
Salah satu unsur penting dalam
proses pembentukan sel darah merah adalah zat besi. Secara alamiah zat besi
diperoleh dari makanan. Kekurangan zat besi dalam menu makanan sehari-hari
dapat menimbulkan penyakit anemia gizi atau yang dikenal masyarakat sebagai
penyakit kurang darah.Fe terdapat dalam bahan makanan hewani, kacang-kacangan,
dan sayuran berwarna hijau tua. Pemenuhan Fe oleh tubuh memang sering dialami
sebab rendahnya tingkat penyerapan Fe di dalam tubuh, terutama dari sumber Fe
nabati yang hanya diserap 1-2%. Penyerapan Fe asal bahan makanan hewani dapat
mencapai 10-20%. Fe bahan makanan hewani (heme) lebih mudah diserap daripada Fe
nabati (non heme).Keanekaragaman konsumsi makanan sangat penting dalam membantu
meningkatkan penyerapan Fe di dalam tubuh. Kehadiran protein hewani, vitamin C,
vitamin A, zink (Zn), asam folat, zat gizi mikro lain dapat meningkatkan
penyerapan zat besi dalam tubuh. Manfaat lain mengkonsumsi makanan sumber zat
besi adalah terpenuhinya kecukupan vitamin A. Makanan sumber zat besi umumnya
merupakan sumber vitamin A.
Zat gizi besi pertama kali
diketahui sebagai salah satu konstituen jaringan tubuh pada tahun 1713, dan
terdistribusi dalam tubuh, seperti pada haemoglobin, mioglobin, cadangan besi
(hati, limpa, sumsum tulang), besi transport (transperrin), cadangan besi (enzim),
ferritin serum. Zat besi dalam tubuh terutama terdapat dalam haemoglobin, hanya
sebagian kecil terdapat dalam enzim-enzim jaringan yaitu dalam setiap sel hidup
dan penting untuk pernafasan sel.
Jumlah zat besi di dalam badan
manusia yang mempunyai berat badan 70 kg adalah 3,5 g, 70% di antaranya dalam
bentuk haemoglobin. Senyawa zat besi lainnya dalam persentase yang sangat kecil
umumnya berada di dalam jaringan badan. Senyawa-senyawa tersebut antara lain
myoglobin jumlahnya kurang lebih 4 %, dan senyawa-senyawa besi sebagai enzim
oksidatif seperti cytochromes, dan flavoprotein. Walaupun jumlahnya sangat
kecil tetapi mempunyai peranan sangat penting. Myoglobin ikut dalam
transportasi oksigen menerobos sel-sel membrane masuk ke dalam sel-sel otot.
Cytochrome, flavoprotein, dan senyawasenyawa mitochondria yang mengandung zat
besi lainnya, memegang peranan penting dalam proses oksidasi menghasilkan ATP.
Oleh karena zat besi besar peranannya dalam kegiatan oksidasi menghasilkan
energi dan transportasi oksigen, maka tidak diragukan lagi apabila kekurangan
zat besi akan terjadi perubahan tingkah laku dan penurunan kemampuan bekerja.
2.
Defisiensi
Zat Besi
Defisiensi besi biasanya terjadi
dalam beberapa tingkat sebelum menjadi anemia. Pertama adalah keadaan cadangan
zat besi dalam hati menurun, tetapi belum sampai penyediaan zat besi untuk
pembentukan sel-sel darah merah terganggu. Tahap kedua adalah terjadi
defisiensi penyediaan zat besi untuk eritropoiesis, yaitu suatu keadaan di mana
penyediaan zat besi tidak cukup untuk pembentukan sel-sel darah merah, tetapi kadar haemoglobin (Hb) belum lagi
terpengaruh. Tahap ketiga adalah terjadi penurunan kadar Hb, yang disebut
anemia.
Hati merupakan cadangan besi
terbesar pada manusia. Besi dilepaskan ke dalam plasma oleh sel-sel (misalnya
hepatosit atau makropag) dalam bentuk ferro, dan oleh enzim
ferroxidase/ceruloplasmin (yang mengandung Cu) dioksidasi menjadi bentuk ferri,
yang kemudian akan berikatan dengan transferrin. Dalam keadaan defisiensi Cu, seseorang
dapat menderita anemia walaupun cadangan besinya cukup.
Setiap hari ada sejumlah besi yang
hilang melalui urine, tinja, keringat, dan deskuamasi sel kulit, rambut dan
kuku yang bervariasi dari 0,2 mg – 0,5 mg/hr. Berdasarkan perkiraan bahwa 10 %
zat besi yang dalam makanan dapat diabsorpsi. Natonal Research Council
menganjurkan angka kecukupan gizi (AKG) zat besi seharihari untuk remaja dan
orang dewasa adalah 18 mg.
Kekurangan zat besi menyebabkan
kadar haemoglobin di dalam darah lebih rendah dari normalnya, keadaan ini
disebut anemia, 99 % dari anemia disebabkan oleh kekurangan zat besi. Selain
itu, hal itu akan menurunkan kekebalan tubuh sehingga sangat peka terhadap
serangan bibit penyakit.
Defisiensi besi laten tanpa anemia,
diduga telah dapat mengganggu metabolism sel dan fungsi jaringan, karena dapat
menurunkan ketersediaan berbagai enzim yang mengandung besi dan
enzim-enzim/protein yang lain yang memerlukan besi untuk aktivitasnya.
Defisiensi besi menyebabkan
berbagai manifestasi klinik saluran cerna. Studi histologi memperlihatkan
perubahan morfologi epithelial, termasuk metaplasma mukosa buccal dan mucosa
oesophagal. Epitel permukaan jaringan yang defisiensi besi akan berkurang
aktivitas sitokrom dan enzim-enzim lainnya. Biopsi jejunum pada keadaan defisiensi
besi memperlihatkan perubahan morfologi struktur filli dan enzim yang terkandung
dari derajat ringan sampai berat. Hubungan antara anemia defiseinsi besi dengan
saluran cerna telah dilaporkan sejak tahun 1913 oleh Faber, dengan terjadinya penurunan
asam lambung. Epitel sel saluran cerna sangat rentan terhadap defisiensi besi.
Dengan menggunakan teknik endoskopi
dan biopsi, terlihat perubahan saluran cerna pada keadaan defisiensi besi
seperti gastritis karena atropi yang menimbulkan aklorhidria, dan reversible
jika diberikan terapi besi. Pada keadaan defisiensi besi, terjadi penurunan
konsentrasi sitokrom c pada mukosa usus lebih awal daripada penurunan
konsentrasi haemoglobin. Diduga akibat regenerasi sel lining mukosa usus lebih
cepat daripada regenerasi sel darah merah, sehingga menurunnya pasokan besi
mempengaruhi sel-sel tersebut secara cepat. Sel-sel lining mukosa usus diganti
tiap 3-4 hari pada manusia, jadi sangat rentan terhadap keadaan defisiensi
besi. Cepat regenerasi sel memberi keuntungan yaitu penyembuhan yang cepat bila
diberikan terapi besi. Pendarahan samar lebih sering terjadi pada subyek yang
mengalami defisiensi besi.
Fungsi dan struktur epitel mukosa
usus, disembuhkan setelah diberi terapi besi. Penelitian yang dilakukan oleh
Naimann, pada anak-anak berusia di bawah 3 tahun yang menderita anemia
defisiensi besi, memperlihatkan terjadinya gastric aklorhidria, gangguan
absorpsi xilosa, lemak, glukosa dan vitamin A. Dengan pemberian terapi besi
terjadi perbaikan. Juga dapat terjadi gangguan absorpsi besi oleh usus pada keadaan
defisiensi besi oleh usus pada keadaan defisiensi besi. Pada umumnya fungsi sekresi
dan absorpsi memerlukan energi, sehingga kemungkinan keabnormalan fungsi usus
dihubungkan dengan defisiensi proteinheme.
3.
Fungsi
Zat Besi
Zat besi merupakan komponen
haemoglobin yang berfungsi mengangkut oksigen di darah ke sel-sel yang
membutuhkannya untuk metabolisme glukosa, lemak, dan protein menjadi energi
(ATP). Besi juga merupakan bagian dari mioglobin yaitu molekul yang mirip
haemoglobin yang terdapat di sel-sel otot, yang juga berfungsi mengangkut
oksigen. Mioglobin yang berkaitan dengan oksigen inilah membuat daging menjadi
merah. Di samping, sebagai komponen haemoglobin dan mioglobin, besi juga
merupakan komponen dari enzim oksidasi, yaitu sitokrom oksidasi, xanthine
oksidase, suksinat dehidrogenase, katalase, dan peroksidase.
Fungsi utama zat besi bagi tubuh
adalah membawa (sebagai carrier), oksigen dan karbondioksida, serta untuk
pembentukan darah (haemoglobin).
Fungsi lainnya antara lain sebagai
bagian dari enzim, untuk produksi antibodi, dan untuk penghilangan (detoksifikasi)
zat racun di dalam hati. Lebih jauh, selanjutnya adalah sebagai berikut.
a.
Pengangkutan (carrier)
O2 dan CO2
Zat besi yang terdapat dalam haemoglobin (pigmen
darah merah) dan mioglobin (pigmen daging) berfungsi untuk mengankut O2 dan
CO2, sehingga secara tidak langsung zat besi sangat esensial untuk metabolisme
energi.
b.
Pembentukan Sel Darah
Merah
Hemoglobin(Hb) merupakan komponen esensial sel-sel
darah merah (eritrosit). Eritrosit dibentuk dalam sumsum tulang. Bila jumlah
sel darah merah berkurang, hormone eritpoietin yang diproduksi oleh ginjal,
akan menstimulir pembentukan sel darah merah. Karena sel darah merah tidak
mengandung inti sel (nucleus), maka sel tersebut tidak dapat mensitesis enzim
untuk kelangsungan hidupnya. Kehidupan sel darah merah hanya sepanjang masih
terdapatnya enzim yang masih berfungsi (untuk membawa O2 dan CO2), dan biasanya
hanya sekitar 4 bulan. Kecepatan penghancuran sel darah merah akan meningkat
bila tubuh kekurangan vitamin C, vitamin E atau vitamin B12 (yang membantu
pembentukan sel-sel darah merah). Karena kehidupan eritrosit hanya berlangsung
sekitar 120 hari, maka 1/120 sel eritrosit harus diganti setiap hari, yang
memerlukan sekitar 20 mg zat besi (Fe) per hari. Karena tidak mungkin menyerap
Fe dari makanan sebanyak itu per hari, maka konversi Fe dalam tubuh sangat
penting dilakukan.
c. Fungsi
Lain
Sebagian kecil Fe terdapat dalam enzim jaringan.
Bila terjadi defisiensi zat besi, enzim ini berkurang jumlahnya sebelum Hb
menurun. Zat besi diperlukan sebagai katalis dalam konversi betakaroten menjadi
vitamin A, dalam reaksi sintesis purin (sebagai bagian integral asam nukleat
dalam RNA atau DNA), dan dalam reaksi sintesis kolagen. Selain itu, zat besi
diperlukan dalam proses penghilangan (detoksifikasi) zat racun dalam hati.
Orang yang mengalami defisiensi zat besi lebih sulit memerangi infeksi bakteri,
karena produksi antibodi terhambat.
Sebelum kadar haemoglobin
terganggu, defisiensi zat besi telah mengakibatkan berbagai perubahan fungsi
dan struktur dari sejumlah organ dan sistem. Hal ini disebabkan besi adalah
suatu komponen integral atau kofaktor essential dari berbagai enzim yang
mempunyai peranan penting dalam proses metabolik dan proliferasi sel seperti :
akonitase, katalase, monoaminoksidase, mieloperoksidase, ribonuk leotidil reduktase,
tirosin hidrolase, triptofan pirrolase dan xantin oksidase. Enzim-enzim ini berfungsi
dalam sintesis DNA, transport elektron pada mitokondria, metabolism katekolamin,
kadar neurotransmitter dan fungsi-fungsi
B.
RDA
– Recommended Daily Allowance
(Kecukupan Zat Gizi yang dianjurkan)
Kecukupan gizi yang dianjurkan (recommended dietary allowances disingkat
RDA) adalah banyaknya masing-masing zat gizi yang harus terpenuhi dari makanan
untuk mencakup hampir semua orang sehat. Kecukupan gizi dipengaruhi oleh umur,
jenis kelamin, aktivitas, berat dan tinggi badan, genetika, serta keadaan hamil
dan menyusukan. Kecukupan gizi yang dianjurkan agak berbeda dengan kebutuhan
gizi (requirement). Yang terakhir ini lebih menggambarkan banyaknya zat gizi minimal
yang diperlukan oleh masing-masing individu, jadi ada yang tinggi dan ada pula
yang rendah, yang dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain faktor genetik.
Dalam penghitungan kecukupan gizi
yang dianjurkan, pada umumnya sudah diperhitungkan faktor variasi kebutuhan
individual, sehingga angka kecukupan gizi yang dianjurkan setingkat dengan
kebutuhan rata-rata ditambah dua kali simpangan baku (deviasi standar); dengan
demikian kecukupan yang dianjurkan sudah mencakup lebih dari 97,5% populasi.
Untuk beberapa zat gizi, misalnya
berbagai vitamin dan mineral, kecukupan gizi yang dianjurkan sudah mencakup
pula terciptanya cadangan zat gizi bersangkutan dalam tubuh. Cadangan ini dapat
dipakai untuk memenuhi kebutuhan pada waktu konsumsi zat gizi tersebut kurang
dari kebutuhan dalam jangka waktu tertentu. Misalnya pada orang dewasa yang
konsumsi vitamin A-nya selalu cukup dalam jangka beberapa tahun, di dalam
hatinya akan tertimbun cadangan vitamin A yang dapat memenuhi kebutuhan sampai
sekitar tiga bulan tanpa konsumsi vitamin A dari luar tubuh.
Untuk RDA lengkap mengenai beberapa
vitamin adalah sebagai berikut :
1. Thiamin
(Vitamin B1)
RDA untuk thiamin adalah 0,5
mg/1000 kkal perhari. Diperkirakan konsumsi rata-rata makanan per hari sekitar
2000 kkal/orang, jadi RDA untuk thiamin sekitar 1 mg perhari. Makanan yang
seimbang akan memberikan cukup thiamin. Orang yang berpuasa atau melakukan diet
harus memastikan bahwa mereka mendapat sejumlah thiamin yang sama seperti dalam
2000 kkalori makanan.
2. Riboflavin
(Vitamin B2)
RDA untuk riboflavin adalah 0,6
mg/1000 kkal perhari. Jadi sekitar 1,2 mg perhari untuk 2000 kkal diet.
Anak-anak dan wanita hamil membutuhkan tambahan riboflavin karena vitamin ini
penting untuk pertumbuhan.
3. Niacin
(vitamin B3)
RDA untuk niacin adalah 6,6 mg NE
(niacin equivalents)/ 1000 kkal, atau 13 mg perhari. NE merupakan jumlah niasin
yang diperoleh dalam makanan, termasuk niacin yang secara teori dibuat dari
prekusor asam amino triptophan. 60 mg triptophan dapat menghasilkan 1 mg
niacin.
4. Vitamin
B6 (Piridoksin, piridoksal, piridoksamin)
Koenzim vitamin B6 berperan penting
dalam metabolisme asam amino, sehingga konsumsi sehari-hari harus sebanding
dengan konsumsi protein, karena protein dibuat dari asam amino. RDA untuk
vitamin B6 adalah 0,16 mg/g protein. Rata-rata konsumsi adalah 2 mg/hari untuk
pria dan 1,6 mg/hari untuk wanita.
5. Folat
(folasin, asam folat, asam pteroilglutamat)
RDA untuk folat adalah sekitar 3
mg/kg berat badan. Untuk pria, konsumsi harian sebaiknya sekitar 200 mg perhari
dan untuk wanita sekitar 180 mg perhari. Peningkatan konsumsi folat
direkomendasikan selama hamil dan pada saat pertumbuhan sel. Kekurangan asam
folat dapat disebabkan tidak hanya oleh konsumsi yang rendah, tetapi juga oleh
berkurangnya penyerapan atau kebutuhan metabolik yang tidak biasa untuk
vitamin. Orang yang mengkonsumsi banyak alkohol atau banyak mengkonsumsi
makanan yang tidak berkalori juga mudah kekurangan folat. Selain itu, pada
kondisi yang berhubungan dengan pertumbuhan sel, seperti kehamilan, kanker atau
penyakit kerusakan kulit, seperti measles , meningkatkan kebutuhan akan folat.
6. Vitamin
B12 (Kobalamin)
RDA untuk vitamin B12 adalah
sekitar 2 mikro-gram perhari. Vitamin B12 berperan penting pada saat pembelahan
sel yang berlangsung dengan cepat. Vitamin B12 juga memelihara lapisan yang
mengelilingi dan melindungi serat syaraf dan mendorong pertumbuhan normalnya.
Selain itu juga berperan dalam aktifitas dan metabolisme sel-sel tulang.
Vitamin B12 juga dibutuhkan untuk melepaskan folat, sehingga dapat membantu
pembentukan sel-sel darah merah.
7. Asam
pantotenat
Tidak ada RDA untuk asam
pantotenat. Diperkirakan konsumsi yang aman dan cukup adalah antara 4 sampai 7
mg perhari .
8. Biotin
(Vitamin B8)
Biotin dibutuhkan dalam jumlah yang
sangat kecil, jadi tidak ada nilai RDA. Perkiraan aman dan cukup yang dapat
dikonsumsi dalam makanan sehari-hari antara 30-100 mikro-gram perhari.
9. Vitamin
C
RDA untuk vitamin C adalah 60
mg/hari, tapi hal ini bervariasi pada setiap individu. Stres fisik seperti luka
bakar, infeksi, keracunan logam berat, rokok, penggunaan terus-menerus
obat-obatan tertentu (termasuk aspirin, obat tidur) meningkatkan kebutuhan
tubuh akan vitamin C. Perokok membutuhkan vitamin C sekitar 100 mg/hari
10. Vitamin
A
Sulit untuk menentukan RDA vitamin
A. Vitamin ini diproduksi dari dua senyawa yang berbeda yang diubah di dalam
tubuh menjadi vitamin A. Dalam sumber makanan hewani, tersedia dalam bentuk
retinol; dalam sumber makanan nabati berada dalam bentuk beta-karoten, yang
kurang efisien dibanding retinol untuk produksi vitamin A. Hal inilah yang
mebuat jumlah vitamin A yang disarankan diberikan dalam bentuk retinol
ekivalen, RE. Jumlah vitamin A yang direkomendasikan adalah 1000 mikro-gram RE
perhari untuk pria dan 800 mikro-gram untuk wanita.
11. Vitamin
D
Vitamin D mempunyai suatu
karakteristik yang membedakannya dari vitamin yang lain yaitu dapat diproduksi
oleh sinar matahari. Hal ini berarti bahwa vitamin D dapat diperoleh dengan
penerpaan tetap sinar matahari secara teratur, dan tidak perlu tambahan
konsumsi vitamin D. RDA untuk vitamin D adalah 5 mikro-gram perhari. Meskipun
jumlah vitamin D yang terbentuk meningkat sepanjang kulit terkena sinar
matahari, tetapi sinar matahari sendiri tidak dapat menyebabkan vitamin D
sampai pada tingkat keracunan.
12. Vitamin
E
RDA untuk vitamin E adalah 10 mg
perhari untuk pria dan 8 mg perhari untuk wanita.
13. Vitamin
K
Kebanyakan sumber vitamin K didalam
tubuh adalah hasil sintesis oleh bakteri di dalam sistem pencernaan. Sumber
vitamin K dalam makanan adalah hati, sayur-sayuran berwarna hijau yang berdaun
banyak, sayuran sejenis kobis (kol) dan susu.
C.
Energi
Dalam Tubuh Manusia
Energi dalam tubuh manusia dapat
dihasilkan dari pembakaran karbohidrat, protein, dan lemak, dengan demikian
agar manusia selalu tercukupi energinya diperlukan pemasukan zat-zat makanan
yang cukup pula ke dalam tubuhnya. Manusia yang kurang makan akan lemah, baik
daya kegiatan, pekerjaan-pekerjaan fisik, maupun daya pemikirannya karena
kurangnya zat-zat makanan yang diterima tubuhnya yang dapat menghasilkan
energi. Seseorang tidak dapat bekerja dengan energi yang melebihi dari apa yang
diperoleh dari makanan kecuali jika meminjam atau menggunakan cadangan energi
dalam tubuh, namun kebiasaan ini akan dapat mengakibatkan keadaan yang gawat,
yaitu kurang gizi khususnya energi.
Tanpa ada gizi, energi tidak bisa
dihasilkan oleh tubuh, dikarenakan sel-sel kita tidak memperoleh makanan. Dan
tentu saja, seseorang akan loyo dan merasa malas bekerja. Sekalipun seseorang
memiliki kebiasaan malas, namun kurangnya gizi merupakan penyebab utama.
Masalahnya hanya terletak pada
kekurangan gizi, khususnya energi. Bagi orang dewasa yang bekerja dengan energi
yang melebihi dari kewajaran (membanting tulang demi untuk memperoleh
pendapatan yang lebih) umumnya ia menggunakan cadangan energi dalam tubuhnya,
akibat penggunaan tersebut dan tidak adanya penggantian energy dan energi
cadangan sehubungan dengan kurangnya pemasukan zat makanan ke dalam tubuhnya,
tentulah dari pekerja/orang dewasa yang bersangkutan tidak dapat diharapkan adanya
produktivitas kerja yang dikehendaki. Pada masa sekarang para pengusaha telah memikirkan
akan masalah yang dihadapi oleh para karyawannya. Oleh karena itu, bagi para
karyawan yang bekerja melebihi ketentuan waktu kerja atau menjalankan pekerjaan
yang dianggap berat, selalu disediakan jaminan makan (biasanya berupa makanan
yang bergizi) dan makanan tambahan (extra voiding). Pembatasan waktu kerja,
pemberian jaminan makan setiap hari kerja, merupakan suatu kebijaksanaan
pengusaha utnuk mempertahankan produktivitas kerja yang dikehendaki perusahaan
dari para karyawannya.
Makanan dalam pengertian sebagai
sumber energi ternyata energi makanan dalam proses-proses yang terjadi dalam
tubuh hanya sebagian saja yang diubah menjadi tenaga, sedang lainnya diubah
menjadi panas. Tentang hal ini perhatikan saja pada tubuh kita, setelah kita
melakukan pekerjaan fisik yang cukup berat atau cukup lama akan terasa badan
kita menjadi panas. Dalam keadaan kita hanya sedikit melakukan kerja fisik, sebagian
besar energi diubah menjadi panas dan dalam kita tidak melakukan pekerjaan fisik,
relatif seluruh energi diubah menjadi panas dan selanjutnya panas akan ke luar
dari tubuh.
Macam-macam makanan tidak sama
banyak dalam menghasilkan energi, padahal manusia harus mendapatkan sejumlah
makanan tertentu setiap harinya yang menghasilkan energi, terutama untuk
mempertahankan proses kerja tubuhnya dan menjalankan kegiatan-kegiatan fisik.
Oleh karena itu, makanan kita atau manusia sendiri harus dapat mengetahui atau
menentukan banyaknya energinya minimal untuk keperluan menjalankan proses kerja
tubuh energi basal metabolisma) atau masih kurang mencukupi. Kalau masih kurang
haruslah diikhtiarkan agar dapat terpenuhi, sebab kalau tidak tentunya akan
sangat buruk akibatnya terhadap keadaan tubuh.
Lebih jauh disebutkan bahwa proses
hidup utama atau yang pokok (yang memerlukan energi minimal) secara garis
besarnya akan meliputi kerja-kerja :
1. Untuk
mempertahankan tonus otot;
2. Untuk
menggerakkan sistem sirkulasi;
3. Untuk
mengaktifkan sistem pernaasan; dan
4. Mengfungsikan
kelenjar-kelenjar serta aktivitas selular.
Keperluan terhadap energi minimal
atau energi basal metabolisme akan terpengaruh pula oleh kondisi emosi dan
mental manusia. Pada waktu manusia berada dalam keadaan beremosi akan
berlangsung sekresi adrenalin sehingga terjadi pemacuan aktivitas jantung.
Peningkatan tekanan darah, dan lain-lain dan tentunya keadaan demikian
membutuhkan lebih banyak energi. Demikian
pula keadaan mental pada suatu waktu, seperti perasaan takut, kaget, malu,
marah, gembira, dan lain-lain, keadaan mental demikian dapat menyebabkan tonus
lebih tinggi dan tentunya memerlukan energi lebih dari biasanya. Pengaruh
keadaan mental terhadap energi basal metabolisma biasanya dapat menaikkan
energi tersebut sebesar 4 %.
Kurangnya dalam tubuh akan
karbohidrat, protein dan zat lemak dapat menyebabkan pembakaran ketiga unsur
tersebut kurang menghasilkan energi, akibatnya tubuh menjadi lesu, kurang
bergairah untuk melakukan berbagai kegiatan dan kondisi tubuh yang demikian
tentunya akan banyak menimbulkan kerugian (peka akan macam – macam penyakit,
kemalasan untuk mencari nafkah, produktivitas kerja sangat lemah, dan lain-lain)
Lebih lanjut disebutkan bahwa
berbagai jenis karbohidrat yang tersedia dalam berbagai bahan makanan, agar
dapat dimanfaatkan dalam penyediaan energi, pertama harus diubah menjadi bentuk
glukosa, yang selanjutnya melalui sirkulasi darah akan diserap, kemudian
melalui proses metabolisma dioksidasi selengkapnya dan melalui
Siklus Krebs barulah akan merupakan
sumber energi yang penting bagi pelaksanaan berbagai kegiatan tubuh. Otak
sebagai pusat kegiatan selamanya menggunakan glukosa sebagai sumber energinya. Selengkapnya
fungsi karbohidrat disebutkan sebagai berikut.
1. Menyediakan
keperluan energi bagi tubuh ( yang merupakan fungsi utamanya).
2. Melaksanakan
dan melangsungkan proses metabolisme lemak.
3. Melangsungkan
aksi penghematan terhadap protein.
4. Menyiapkan
cadangan energi siap pakai sewaktu-waktu diperlukan, dalam bentuk glikogen.
Label:
Kesehatan
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar: