Jumat, 21 September 2012

Kebutuhan Zat Besi, RDA Dan Energi


Tema sentral pembangunan nasional dalam GBHN adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia ke arah peningkatan kecerdasan dan produktivitas kerja. Salah satu upaya yang mempunyai dampak cukup penting terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia adalah upaya peningkatan status gizi masyarakat. Status gizi masyarakat merupakan salah satu faktor yang menentukan kualitas hidup dan produktivitas kerja.

Sejalan dengan itu perlu perhatian terhadap masalah-masalah yang berhubungan dengan kesehatan kerja serta faktor-faktor yang erat hubungannya seperti keadaan gizi golongan pekerja serta cara-cara untuk memperbaiki status golongan ini semakin penting untuk diteliti.
Zat gizi adalah zat-zat yang diperoleh dari bahan makanan yang dikonsumsi, mempunyai nilai yang sangat penting (tergantung dari macam-macam bahan makanannya) untuk memperoleh energi guna melakukan kegiatan fisik sehari-hari bagi para pekerja. Termasuk dalam memelihara proses tubuh dalam pertumbuhan dan perkembangan yaitu penggantian sel-sel yang rusak dan sebagai zat pelindung dalam tubuh (dengan cara menjaga keseimbangan cairan tubuh). Proses tubuh dalam pertumbuhan dan perkembangan yang terpelihara dengan baik akan menunjukkan baiknya kesehatan yang dimiliki seseorang. Seseorang yang sehat tentunya memiliki daya pikir dan daya kegiatan fisik sehari-hari yang cukup tinggi
Tubuh manusia memerlukan sejumlah pangan dan gizi secara tetap, sesuai dengan standar kecukupan gizi, namun kebutuhan tersebut tidak selalu dapat terpenuhi. Penduduk yang miskin tidak mendapatkan pangan dan gizi dalam jumlah yang cukup. Mereka menderita lapar pangan dan gizi, mereka menderita gizi kurang.
Keadaan gizi seseorang merupakan gambaran apa yang dikonsumsinya dalam jangka waktu yang cukup lama. Bila kekurangan itu ringan, tidak akan dijumpai penyakit defisiensi yang nyata, tetapi akan timbul konsekwensi fungsional yang lebih ringan dan kadang-kadang tidak disadari kalau hal tersebut karena factor gizi
Untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya tubuh melakukan pemeliharaan dengan mengganti jaringan yang sudah aus, melakukan kegiatan, dan pertumbuhan sebelum usia dewasa. Agar tubuh dapat menjalankan ketiga fungsi tersebut diperlukan sejumlah gizi setiap hari, yang didapat melalui makanan. Diperkirakan 50 macam senyawa dan unsur yang harus diperoleh dari makanan dengan jumlah tertentu setiap harinya. Bila jumlah yang diperlukan tidak terpenuhi maka kesehatan yang optimal tidak dapat dicapai  
Prevalensi anemi gizi, kekurangan vitamin B1 dan dalam keadaan gizi kurang masih tinggi di Indonesia. Di antara beberapa masalah gizi utama yang terdapat di Indonesia, maka anemia gizi terutama kurang zat besi adalah yang paling umum dijumpai. Prevalensi anemia gizi pada pekerja di Indonesia terdapat sebanyak 40 % dan banyak dijumpai pada pekerja berat. Prevalensi anemia gizi ini tertinggi di antara negara-negara ASEAN. Prevalensi yang tinggi membawa akibat yang tidak baik terhadap individu maupun masyarakat, karena menurunkan kualitas manusia dan sosial ekonomi, serta menghambat pembangunan bangsa. Hal ini erat hubungannya dengan konsekuensi fungsional anemia gizi tersebut, yaitu menurunkan produktifitas kerja
Berbagai penelitian baik yang dilakukan di luar negeri maupun di Indonesia menunjukkan bahwa keadaan gizi kurang dapat menghambat aktivitas kerja yang akan menurunkan produktivitas kerja. Hal ini disebabkan karena kemampuan kerja seseorang sangat dipengaruhi oleh jumlah energi yang tersedia, dimana energi tersebut diperoleh dari makanan sehari-hari dan bilamana jumlah makanan sehari-hari tak memenuhi kebutuhan tubuh, maka energi didapat dari cadangan tubuh.
Kekurangan zat gizi, khususnya energi dan protein, pada tahap awal menimbulkan rasa lapar dalam jangka waktu tertentu berat badan menurun yang disertai dengan kemampuan (produktivitas) kerja. Kekurangan yang berlanjut akan mengakibatkan keadaan gizi kurang dan gizi buruk. Bila tidak ada perbaikan konsumsi energi dan protein yang mencukupi akhirnya akan mudah terserang infeksi (penyakit), telah banyak dilaporkan tentang defisiensi zat gizi besi dapat menimbulkan gangguan pada fungsi ketahanan immunologis, menurunkan konsentrasi belajar, kapasitas kerja dll. Akibat defisiensi zat gizi besi pada orang dewasa pria dan wanita :
1.      Penurunan kerja fisik dan daya pendapatan; dan
2.      Penurunan daya tahan terhadap keletihan.
Prevalensi anemia gizi di Indonesia sangat tinggi dan berdasarkan hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan secara terpisah, anemia di Indonesia terutama disebabkan oleh defisiensi gizi besi.
A.    Zat besi
1.      Zat Besi Dalam Tubuh Manusia
Salah satu unsur penting dalam proses pembentukan sel darah merah adalah zat besi. Secara alamiah zat besi diperoleh dari makanan. Kekurangan zat besi dalam menu makanan sehari-hari dapat menimbulkan penyakit anemia gizi atau yang dikenal masyarakat sebagai penyakit kurang darah.Fe terdapat dalam bahan makanan hewani, kacang-kacangan, dan sayuran berwarna hijau tua. Pemenuhan Fe oleh tubuh memang sering dialami sebab rendahnya tingkat penyerapan Fe di dalam tubuh, terutama dari sumber Fe nabati yang hanya diserap 1-2%. Penyerapan Fe asal bahan makanan hewani dapat mencapai 10-20%. Fe bahan makanan hewani (heme) lebih mudah diserap daripada Fe nabati (non heme).Keanekaragaman konsumsi makanan sangat penting dalam membantu meningkatkan penyerapan Fe di dalam tubuh. Kehadiran protein hewani, vitamin C, vitamin A, zink (Zn), asam folat, zat gizi mikro lain dapat meningkatkan penyerapan zat besi dalam tubuh. Manfaat lain mengkonsumsi makanan sumber zat besi adalah terpenuhinya kecukupan vitamin A. Makanan sumber zat besi umumnya merupakan sumber vitamin A.
Zat gizi besi pertama kali diketahui sebagai salah satu konstituen jaringan tubuh pada tahun 1713, dan terdistribusi dalam tubuh, seperti pada haemoglobin, mioglobin, cadangan besi (hati, limpa, sumsum tulang), besi transport (transperrin), cadangan besi (enzim), ferritin serum. Zat besi dalam tubuh terutama terdapat dalam haemoglobin, hanya sebagian kecil terdapat dalam enzim-enzim jaringan yaitu dalam setiap sel hidup dan penting untuk pernafasan sel.
Jumlah zat besi di dalam badan manusia yang mempunyai berat badan 70 kg adalah 3,5 g, 70% di antaranya dalam bentuk haemoglobin. Senyawa zat besi lainnya dalam persentase yang sangat kecil umumnya berada di dalam jaringan badan. Senyawa-senyawa tersebut antara lain myoglobin jumlahnya kurang lebih 4 %, dan senyawa-senyawa besi sebagai enzim oksidatif seperti cytochromes, dan flavoprotein. Walaupun jumlahnya sangat kecil tetapi mempunyai peranan sangat penting. Myoglobin ikut dalam transportasi oksigen menerobos sel-sel membrane masuk ke dalam sel-sel otot. Cytochrome, flavoprotein, dan senyawasenyawa mitochondria yang mengandung zat besi lainnya, memegang peranan penting dalam proses oksidasi menghasilkan ATP. Oleh karena zat besi besar peranannya dalam kegiatan oksidasi menghasilkan energi dan transportasi oksigen, maka tidak diragukan lagi apabila kekurangan zat besi akan terjadi perubahan tingkah laku dan penurunan kemampuan bekerja.
2.      Defisiensi Zat Besi
Defisiensi besi biasanya terjadi dalam beberapa tingkat sebelum menjadi anemia. Pertama adalah keadaan cadangan zat besi dalam hati menurun, tetapi belum sampai penyediaan zat besi untuk pembentukan sel-sel darah merah terganggu. Tahap kedua adalah terjadi defisiensi penyediaan zat besi untuk eritropoiesis, yaitu suatu keadaan di mana penyediaan zat besi tidak cukup untuk pembentukan sel-sel darah merah, tetapi  kadar haemoglobin (Hb) belum lagi terpengaruh. Tahap ketiga adalah terjadi penurunan kadar Hb, yang disebut anemia.
Hati merupakan cadangan besi terbesar pada manusia. Besi dilepaskan ke dalam plasma oleh sel-sel (misalnya hepatosit atau makropag) dalam bentuk ferro, dan oleh enzim ferroxidase/ceruloplasmin (yang mengandung Cu) dioksidasi menjadi bentuk ferri, yang kemudian akan berikatan dengan transferrin. Dalam keadaan defisiensi Cu, seseorang dapat menderita anemia walaupun cadangan besinya cukup.
Setiap hari ada sejumlah besi yang hilang melalui urine, tinja, keringat, dan deskuamasi sel kulit, rambut dan kuku yang bervariasi dari 0,2 mg – 0,5 mg/hr. Berdasarkan perkiraan bahwa 10 % zat besi yang dalam makanan dapat diabsorpsi. Natonal Research Council menganjurkan angka kecukupan gizi (AKG) zat besi seharihari untuk remaja dan orang dewasa adalah 18 mg.
Kekurangan zat besi menyebabkan kadar haemoglobin di dalam darah lebih rendah dari normalnya, keadaan ini disebut anemia, 99 % dari anemia disebabkan oleh kekurangan zat besi. Selain itu, hal itu akan menurunkan kekebalan tubuh sehingga sangat peka terhadap serangan bibit penyakit.
Defisiensi besi laten tanpa anemia, diduga telah dapat mengganggu metabolism sel dan fungsi jaringan, karena dapat menurunkan ketersediaan berbagai enzim yang mengandung besi dan enzim-enzim/protein yang lain yang memerlukan besi untuk aktivitasnya.
Defisiensi besi menyebabkan berbagai manifestasi klinik saluran cerna. Studi histologi memperlihatkan perubahan morfologi epithelial, termasuk metaplasma mukosa buccal dan mucosa oesophagal. Epitel permukaan jaringan yang defisiensi besi akan berkurang aktivitas sitokrom dan enzim-enzim lainnya. Biopsi jejunum pada keadaan defisiensi besi memperlihatkan perubahan morfologi struktur filli dan enzim yang terkandung dari derajat ringan sampai berat. Hubungan antara anemia defiseinsi besi dengan saluran cerna telah dilaporkan sejak tahun 1913 oleh Faber, dengan terjadinya penurunan asam lambung. Epitel sel saluran cerna sangat rentan terhadap defisiensi besi.
Dengan menggunakan teknik endoskopi dan biopsi, terlihat perubahan saluran cerna pada keadaan defisiensi besi seperti gastritis karena atropi yang menimbulkan aklorhidria, dan reversible jika diberikan terapi besi. Pada keadaan defisiensi besi, terjadi penurunan konsentrasi sitokrom c pada mukosa usus lebih awal daripada penurunan konsentrasi haemoglobin. Diduga akibat regenerasi sel lining mukosa usus lebih cepat daripada regenerasi sel darah merah, sehingga menurunnya pasokan besi mempengaruhi sel-sel tersebut secara cepat. Sel-sel lining mukosa usus diganti tiap 3-4 hari pada manusia, jadi sangat rentan terhadap keadaan defisiensi besi. Cepat regenerasi sel memberi keuntungan yaitu penyembuhan yang cepat bila diberikan terapi besi. Pendarahan samar lebih sering terjadi pada subyek yang mengalami defisiensi besi.
Fungsi dan struktur epitel mukosa usus, disembuhkan setelah diberi terapi besi. Penelitian yang dilakukan oleh Naimann, pada anak-anak berusia di bawah 3 tahun yang menderita anemia defisiensi besi, memperlihatkan terjadinya gastric aklorhidria, gangguan absorpsi xilosa, lemak, glukosa dan vitamin A. Dengan pemberian terapi besi terjadi perbaikan. Juga dapat terjadi gangguan absorpsi besi oleh usus pada keadaan defisiensi besi oleh usus pada keadaan defisiensi besi. Pada umumnya fungsi sekresi dan absorpsi memerlukan energi, sehingga kemungkinan keabnormalan fungsi usus dihubungkan dengan defisiensi proteinheme.
3.      Fungsi Zat Besi
Zat besi merupakan komponen haemoglobin yang berfungsi mengangkut oksigen di darah ke sel-sel yang membutuhkannya untuk metabolisme glukosa, lemak, dan protein menjadi energi (ATP). Besi juga merupakan bagian dari mioglobin yaitu molekul yang mirip haemoglobin yang terdapat di sel-sel otot, yang juga berfungsi mengangkut oksigen. Mioglobin yang berkaitan dengan oksigen inilah membuat daging menjadi merah. Di samping, sebagai komponen haemoglobin dan mioglobin, besi juga merupakan komponen dari enzim oksidasi, yaitu sitokrom oksidasi, xanthine oksidase, suksinat dehidrogenase, katalase, dan peroksidase.
Fungsi utama zat besi bagi tubuh adalah membawa (sebagai carrier), oksigen dan karbondioksida, serta untuk pembentukan darah (haemoglobin).
Fungsi lainnya antara lain sebagai bagian dari enzim, untuk produksi antibodi, dan untuk penghilangan (detoksifikasi) zat racun di dalam hati. Lebih jauh, selanjutnya adalah sebagai berikut.
a.         Pengangkutan (carrier) O2 dan CO2
Zat besi yang terdapat dalam haemoglobin (pigmen darah merah) dan mioglobin (pigmen daging) berfungsi untuk mengankut O2 dan CO2, sehingga secara tidak langsung zat besi sangat esensial untuk metabolisme energi.
b.         Pembentukan Sel Darah Merah
Hemoglobin(Hb) merupakan komponen esensial sel-sel darah merah (eritrosit). Eritrosit dibentuk dalam sumsum tulang. Bila jumlah sel darah merah berkurang, hormone eritpoietin yang diproduksi oleh ginjal, akan menstimulir pembentukan sel darah merah. Karena sel darah merah tidak mengandung inti sel (nucleus), maka sel tersebut tidak dapat mensitesis enzim untuk kelangsungan hidupnya. Kehidupan sel darah merah hanya sepanjang masih terdapatnya enzim yang masih berfungsi (untuk membawa O2 dan CO2), dan biasanya hanya sekitar 4 bulan. Kecepatan penghancuran sel darah merah akan meningkat bila tubuh kekurangan vitamin C, vitamin E atau vitamin B12 (yang membantu pembentukan sel-sel darah merah). Karena kehidupan eritrosit hanya berlangsung sekitar 120 hari, maka 1/120 sel eritrosit harus diganti setiap hari, yang memerlukan sekitar 20 mg zat besi (Fe) per hari. Karena tidak mungkin menyerap Fe dari makanan sebanyak itu per hari, maka konversi Fe dalam tubuh sangat penting dilakukan.
c.       Fungsi Lain
Sebagian kecil Fe terdapat dalam enzim jaringan. Bila terjadi defisiensi zat besi, enzim ini berkurang jumlahnya sebelum Hb menurun. Zat besi diperlukan sebagai katalis dalam konversi betakaroten menjadi vitamin A, dalam reaksi sintesis purin (sebagai bagian integral asam nukleat dalam RNA atau DNA), dan dalam reaksi sintesis kolagen. Selain itu, zat besi diperlukan dalam proses penghilangan (detoksifikasi) zat racun dalam hati. Orang yang mengalami defisiensi zat besi lebih sulit memerangi infeksi bakteri, karena produksi antibodi terhambat.
Sebelum kadar haemoglobin terganggu, defisiensi zat besi telah mengakibatkan berbagai perubahan fungsi dan struktur dari sejumlah organ dan sistem. Hal ini disebabkan besi adalah suatu komponen integral atau kofaktor essential dari berbagai enzim yang mempunyai peranan penting dalam proses metabolik dan proliferasi sel seperti : akonitase, katalase, monoaminoksidase, mieloperoksidase, ribonuk leotidil reduktase, tirosin hidrolase, triptofan pirrolase dan xantin oksidase. Enzim-enzim ini berfungsi dalam sintesis DNA, transport elektron pada mitokondria, metabolism katekolamin, kadar neurotransmitter dan fungsi-fungsi

B.     RDA – Recommended Daily Allowance (Kecukupan Zat Gizi yang dianjurkan)
Kecukupan gizi yang dianjurkan (recommended dietary allowances disingkat RDA) adalah banyaknya masing-masing zat gizi yang harus terpenuhi dari makanan untuk mencakup hampir semua orang sehat. Kecukupan gizi dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, aktivitas, berat dan tinggi badan, genetika, serta keadaan hamil dan menyusukan. Kecukupan gizi yang dianjurkan agak berbeda dengan kebutuhan gizi (requirement). Yang terakhir ini lebih menggambarkan banyaknya zat gizi minimal yang diperlukan oleh masing-masing individu, jadi ada yang tinggi dan ada pula yang rendah, yang dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain faktor genetik.
Dalam penghitungan kecukupan gizi yang dianjurkan, pada umumnya sudah diperhitungkan faktor variasi kebutuhan individual, sehingga angka kecukupan gizi yang dianjurkan setingkat dengan kebutuhan rata-rata ditambah dua kali simpangan baku (deviasi standar); dengan demikian kecukupan yang dianjurkan sudah mencakup lebih dari 97,5% populasi.
Untuk beberapa zat gizi, misalnya berbagai vitamin dan mineral, kecukupan gizi yang dianjurkan sudah mencakup pula terciptanya cadangan zat gizi bersangkutan dalam tubuh. Cadangan ini dapat dipakai untuk memenuhi kebutuhan pada waktu konsumsi zat gizi tersebut kurang dari kebutuhan dalam jangka waktu tertentu. Misalnya pada orang dewasa yang konsumsi vitamin A-nya selalu cukup dalam jangka beberapa tahun, di dalam hatinya akan tertimbun cadangan vitamin A yang dapat memenuhi kebutuhan sampai sekitar tiga bulan tanpa konsumsi vitamin A dari luar tubuh.
Untuk RDA lengkap mengenai beberapa vitamin adalah sebagai berikut :
1.      Thiamin (Vitamin B1)
RDA untuk thiamin adalah 0,5 mg/1000 kkal perhari. Diperkirakan konsumsi rata-rata makanan per hari sekitar 2000 kkal/orang, jadi RDA untuk thiamin sekitar 1 mg perhari. Makanan yang seimbang akan memberikan cukup thiamin. Orang yang berpuasa atau melakukan diet harus memastikan bahwa mereka mendapat sejumlah thiamin yang sama seperti dalam 2000 kkalori makanan.
2.      Riboflavin (Vitamin B2)
RDA untuk riboflavin adalah 0,6 mg/1000 kkal perhari. Jadi sekitar 1,2 mg perhari untuk 2000 kkal diet. Anak-anak dan wanita hamil membutuhkan tambahan riboflavin karena vitamin ini penting untuk pertumbuhan.
3.      Niacin (vitamin B3)
RDA untuk niacin adalah 6,6 mg NE (niacin equivalents)/ 1000 kkal, atau 13 mg perhari. NE merupakan jumlah niasin yang diperoleh dalam makanan, termasuk niacin yang secara teori dibuat dari prekusor asam amino triptophan. 60 mg triptophan dapat menghasilkan 1 mg niacin.
4.      Vitamin B6 (Piridoksin, piridoksal, piridoksamin)
Koenzim vitamin B6 berperan penting dalam metabolisme asam amino, sehingga konsumsi sehari-hari harus sebanding dengan konsumsi protein, karena protein dibuat dari asam amino. RDA untuk vitamin B6 adalah 0,16 mg/g protein. Rata-rata konsumsi adalah 2 mg/hari untuk pria dan 1,6 mg/hari untuk wanita.
5.      Folat (folasin, asam folat, asam pteroilglutamat)
RDA untuk folat adalah sekitar 3 mg/kg berat badan. Untuk pria, konsumsi harian sebaiknya sekitar 200 mg perhari dan untuk wanita sekitar 180 mg perhari. Peningkatan konsumsi folat direkomendasikan selama hamil dan pada saat pertumbuhan sel. Kekurangan asam folat dapat disebabkan tidak hanya oleh konsumsi yang rendah, tetapi juga oleh berkurangnya penyerapan atau kebutuhan metabolik yang tidak biasa untuk vitamin. Orang yang mengkonsumsi banyak alkohol atau banyak mengkonsumsi makanan yang tidak berkalori juga mudah kekurangan folat. Selain itu, pada kondisi yang berhubungan dengan pertumbuhan sel, seperti kehamilan, kanker atau penyakit kerusakan kulit, seperti measles , meningkatkan kebutuhan akan folat.
6.      Vitamin B12 (Kobalamin)
RDA untuk vitamin B12 adalah sekitar 2 mikro-gram perhari. Vitamin B12 berperan penting pada saat pembelahan sel yang berlangsung dengan cepat. Vitamin B12 juga memelihara lapisan yang mengelilingi dan melindungi serat syaraf dan mendorong pertumbuhan normalnya. Selain itu juga berperan dalam aktifitas dan metabolisme sel-sel tulang. Vitamin B12 juga dibutuhkan untuk melepaskan folat, sehingga dapat membantu pembentukan sel-sel darah merah.
7.      Asam pantotenat
Tidak ada RDA untuk asam pantotenat. Diperkirakan konsumsi yang aman dan cukup adalah antara 4 sampai 7 mg perhari .
8.      Biotin (Vitamin B8)
Biotin dibutuhkan dalam jumlah yang sangat kecil, jadi tidak ada nilai RDA. Perkiraan aman dan cukup yang dapat dikonsumsi dalam makanan sehari-hari antara 30-100 mikro-gram perhari. 
9.      Vitamin C
RDA untuk vitamin C adalah 60 mg/hari, tapi hal ini bervariasi pada setiap individu. Stres fisik seperti luka bakar, infeksi, keracunan logam berat, rokok, penggunaan terus-menerus obat-obatan tertentu (termasuk aspirin, obat tidur) meningkatkan kebutuhan tubuh akan vitamin C. Perokok membutuhkan vitamin C sekitar 100 mg/hari
10.  Vitamin A
Sulit untuk menentukan RDA vitamin A. Vitamin ini diproduksi dari dua senyawa yang berbeda yang diubah di dalam tubuh menjadi vitamin A. Dalam sumber makanan hewani, tersedia dalam bentuk retinol; dalam sumber makanan nabati berada dalam bentuk beta-karoten, yang kurang efisien dibanding retinol untuk produksi vitamin A. Hal inilah yang mebuat jumlah vitamin A yang disarankan diberikan dalam bentuk retinol ekivalen, RE. Jumlah vitamin A yang direkomendasikan adalah 1000 mikro-gram RE perhari untuk pria dan 800 mikro-gram untuk wanita.
11.  Vitamin D
Vitamin D mempunyai suatu karakteristik yang membedakannya dari vitamin yang lain yaitu dapat diproduksi oleh sinar matahari. Hal ini berarti bahwa vitamin D dapat diperoleh dengan penerpaan tetap sinar matahari secara teratur, dan tidak perlu tambahan konsumsi vitamin D. RDA untuk vitamin D adalah 5 mikro-gram perhari. Meskipun jumlah vitamin D yang terbentuk meningkat sepanjang kulit terkena sinar matahari, tetapi sinar matahari sendiri tidak dapat menyebabkan vitamin D sampai pada tingkat keracunan.
12.  Vitamin E
RDA untuk vitamin E adalah 10 mg perhari untuk pria dan 8 mg perhari untuk wanita.
13.  Vitamin K
Kebanyakan sumber vitamin K didalam tubuh adalah hasil sintesis oleh bakteri di dalam sistem pencernaan. Sumber vitamin K dalam makanan adalah hati, sayur-sayuran berwarna hijau yang berdaun banyak, sayuran sejenis kobis (kol) dan susu.

C.    Energi Dalam Tubuh Manusia
Energi dalam tubuh manusia dapat dihasilkan dari pembakaran karbohidrat, protein, dan lemak, dengan demikian agar manusia selalu tercukupi energinya diperlukan pemasukan zat-zat makanan yang cukup pula ke dalam tubuhnya. Manusia yang kurang makan akan lemah, baik daya kegiatan, pekerjaan-pekerjaan fisik, maupun daya pemikirannya karena kurangnya zat-zat makanan yang diterima tubuhnya yang dapat menghasilkan energi. Seseorang tidak dapat bekerja dengan energi yang melebihi dari apa yang diperoleh dari makanan kecuali jika meminjam atau menggunakan cadangan energi dalam tubuh, namun kebiasaan ini akan dapat mengakibatkan keadaan yang gawat, yaitu kurang gizi khususnya energi.
Tanpa ada gizi, energi tidak bisa dihasilkan oleh tubuh, dikarenakan sel-sel kita tidak memperoleh makanan. Dan tentu saja, seseorang akan loyo dan merasa malas bekerja. Sekalipun seseorang memiliki kebiasaan malas, namun kurangnya gizi merupakan penyebab utama.
Masalahnya hanya terletak pada kekurangan gizi, khususnya energi. Bagi orang dewasa yang bekerja dengan energi yang melebihi dari kewajaran (membanting tulang demi untuk memperoleh pendapatan yang lebih) umumnya ia menggunakan cadangan energi dalam tubuhnya, akibat penggunaan tersebut dan tidak adanya penggantian energy dan energi cadangan sehubungan dengan kurangnya pemasukan zat makanan ke dalam tubuhnya, tentulah dari pekerja/orang dewasa yang bersangkutan tidak dapat diharapkan adanya produktivitas kerja yang dikehendaki. Pada masa sekarang para pengusaha telah memikirkan akan masalah yang dihadapi oleh para karyawannya. Oleh karena itu, bagi para karyawan yang bekerja melebihi ketentuan waktu kerja atau menjalankan pekerjaan yang dianggap berat, selalu disediakan jaminan makan (biasanya berupa makanan yang bergizi) dan makanan tambahan (extra voiding). Pembatasan waktu kerja, pemberian jaminan makan setiap hari kerja, merupakan suatu kebijaksanaan pengusaha utnuk mempertahankan produktivitas kerja yang dikehendaki perusahaan dari para karyawannya.
Makanan dalam pengertian sebagai sumber energi ternyata energi makanan dalam proses-proses yang terjadi dalam tubuh hanya sebagian saja yang diubah menjadi tenaga, sedang lainnya diubah menjadi panas. Tentang hal ini perhatikan saja pada tubuh kita, setelah kita melakukan pekerjaan fisik yang cukup berat atau cukup lama akan terasa badan kita menjadi panas. Dalam keadaan kita hanya sedikit melakukan kerja fisik, sebagian besar energi diubah menjadi panas dan dalam kita tidak melakukan pekerjaan fisik, relatif seluruh energi diubah menjadi panas dan selanjutnya panas akan ke luar dari tubuh.
Macam-macam makanan tidak sama banyak dalam menghasilkan energi, padahal manusia harus mendapatkan sejumlah makanan tertentu setiap harinya yang menghasilkan energi, terutama untuk mempertahankan proses kerja tubuhnya dan menjalankan kegiatan-kegiatan fisik. Oleh karena itu, makanan kita atau manusia sendiri harus dapat mengetahui atau menentukan banyaknya energinya minimal untuk keperluan menjalankan proses kerja tubuh energi basal metabolisma) atau masih kurang mencukupi. Kalau masih kurang haruslah diikhtiarkan agar dapat terpenuhi, sebab kalau tidak tentunya akan sangat buruk akibatnya terhadap keadaan tubuh.
Lebih jauh disebutkan bahwa proses hidup utama atau yang pokok (yang memerlukan energi minimal) secara garis besarnya akan meliputi kerja-kerja :
1.      Untuk mempertahankan tonus otot;
2.      Untuk menggerakkan sistem sirkulasi;
3.      Untuk mengaktifkan sistem pernaasan; dan
4.      Mengfungsikan kelenjar-kelenjar serta aktivitas selular. 
Keperluan terhadap energi minimal atau energi basal metabolisme akan terpengaruh pula oleh kondisi emosi dan mental manusia. Pada waktu manusia berada dalam keadaan beremosi akan berlangsung sekresi adrenalin sehingga terjadi pemacuan aktivitas jantung. Peningkatan tekanan darah, dan lain-lain dan tentunya keadaan demikian membutuhkan lebih banyak energi.  Demikian pula keadaan mental pada suatu waktu, seperti perasaan takut, kaget, malu, marah, gembira, dan lain-lain, keadaan mental demikian dapat menyebabkan tonus lebih tinggi dan tentunya memerlukan energi lebih dari biasanya. Pengaruh keadaan mental terhadap energi basal metabolisma biasanya dapat menaikkan energi tersebut sebesar 4 %.
Kurangnya dalam tubuh akan karbohidrat, protein dan zat lemak dapat menyebabkan pembakaran ketiga unsur tersebut kurang menghasilkan energi, akibatnya tubuh menjadi lesu, kurang bergairah untuk melakukan berbagai kegiatan dan kondisi tubuh yang demikian tentunya akan banyak menimbulkan kerugian (peka akan macam – macam penyakit, kemalasan untuk mencari nafkah, produktivitas kerja sangat lemah, dan lain-lain)
Lebih lanjut disebutkan bahwa berbagai jenis karbohidrat yang tersedia dalam berbagai bahan makanan, agar dapat dimanfaatkan dalam penyediaan energi, pertama harus diubah menjadi bentuk glukosa, yang selanjutnya melalui sirkulasi darah akan diserap, kemudian melalui proses metabolisma dioksidasi selengkapnya dan melalui
Siklus Krebs barulah akan merupakan sumber energi yang penting bagi pelaksanaan berbagai kegiatan tubuh. Otak sebagai pusat kegiatan selamanya menggunakan glukosa sebagai sumber energinya. Selengkapnya fungsi karbohidrat disebutkan sebagai berikut.
1.      Menyediakan keperluan energi bagi tubuh ( yang merupakan fungsi utamanya).
2.      Melaksanakan dan melangsungkan proses metabolisme lemak.
3.      Melangsungkan aksi penghematan terhadap protein.
4.      Menyiapkan cadangan energi siap pakai sewaktu-waktu diperlukan, dalam bentuk glikogen.

0 komentar: